Pada kesunyian dunia
yang terlalu dingin untuk bersuara. Dan disela-sela godaan sang angin pada
pepohonan. Sejenak mengantarkanku pada perenungan tentang seorang Ibu. Wanita
yang memberikanku curahan kasih sayang tanpa henti. Ia laksana melati yang
tebarkan harum wewangian tanpa pernah meminta balasan. Ia jugalah yang
memberikan tempat bernaung untuk anak-anaknya. Takkan pernah sanggup membalas
curahan kasih sayangnya padaku. Takkan pernah mampu menghitung ribuan cintanya
padaku. Sembunyikan peluh yang membasahi tanah demi diriku. Membasuh air mata
yang terurai karena tingkahku. Ia tanamkan harapan pada jiwa sesosok anak
manusia. Membingkaikan mahkota dikepala sebagai simbol penerus masa depan. Rela
geletakkan tubuhnya pada kasur yang bersimbah darah. Umpatan, cacian, dan
makian yang terdengar takkan menyurutkan ikhlasnya. Ia bahkan rela menanggalkan
arti sebuah kebahagiaan. Ia bahkan rela bersujud dihadapan anjing-anjing
kekuasaan. Membelaiku saat tubuh terasa lemah oleh goresan-goresan waktu.
Mengobatiku saat hati tercabik-cabik oleh jilatan para serigala. Membimbingku
saat dua sisi memaksaku untuk memilih. Sehingga bimbang tak lagi melekat di
peraduan akal dan pikiran. Tak pernah sedikitpun terucap kata pamrih darinya.
Walau seharusnya ia mampu untuk memintanya kembali.
Simbok... Engkau
menuntunku disetiap waktu menuju arah yang tepat. Engkau antarkan aku didepan
gerbang kebahagiaan. Gerbang yang semestinya aku tapakkan laju langkahku.
Hingga tak pernah ku sadari bahwa kau selalu mengawasiku bila ku terjatuh. Kau
mengajarkan padaku tentang apa arti hidup. Agar aku dapat tetap tegar hadapi
waktu yang selalu menikamku dengan perih. Menatap pasti setiap mimpi yang kan
berarti. Mewujudkan semua keinginanku meski tak mudah untuk kau penuhi. Engkaulah
yang selalu senandungkan suka disaat duka. Hingga duka yang kau jinakkan mampu
terevolusi menjadi suka. Engkaulah yang selalu memberiku nuansa disaat hati
terasa gundah.
Memapahku pada
kesejukkan bahumu ketika ku bersedih. Saat dimana hati ini terlalu letih untuk
menapaki hari. Kau sejukkan nuraniku ketika ku terkapar dalam kesenjangan
lingkungan. Mereduksikan amarahku dalam kelabilan masa remaja. Ketika
jalan terjal hidupku menemui statis. Kau memberiku wejangan-wejangan indah yang
bermakna. Hingga tak pernah sekalipun kau membiarkanku terjebak dalam nestapa.
Sebuah pengorbanan yang tak pernah mampu ku balas hingga akhir zaman. Selama
hayat masih dikandung badan. Sepanjang masa, takkan pernah ku lupakan dirimu
Ibu.
Ya Allah Duh Gusty...
Berikanlah kebahagiaan pada ibuku hingga akhir waktu. Karena aku akan
membahagiakannya sebagai bukti bahwa aku cinta padanya. Setulus kasih sayangku
sebagai seorang anak. Aku akan bersujud dan merebahkan lututku ditelapak
kakinya. Ia pasti kecewa jika hipokritas kehidupan membuatku terjungkal. Oleh
karena itu, aku harus bangkit dari keterpurukkan yang selama ini membelenggu.
Menyusuri setiap mimpi dan harapan yang menggarisi cita-cita. Membalas
kepercayaan yang telah terbangun darinya. Hingga ku dapat taklukkan gelombang
pasang yang menerjang. Dan mengokohkan diri agar tak mudah hancur terbawa arus.
Wahai Ibuku...
Aku berjanji untuk tidak menjadi seorang pengecut. Seperti yang kau
idam-idamkan dariku. Aku juga tidak ingin seperti mereka yang keluar rumah
dengan perasaan takut. Hingga membuat langkah mereka menjadi gemetar dalam
gambar hari esok yang kian berwarna pekat.
Maafkan Ibu...
Maafkanlah jika aku merasa malu mengutarakan isi hatiku ini dihadapanmu. Mencoba
beranikan diri untuk merangkai makna dari tangisan jiwa disepanjang malam. Karena
hanya dari coretan-coretan ini aku mampu melukiskan besar rasa cintaku padamu. Hingga
keluh kesah inilah yang akan menuntunku untuk menjadi tegar.
Percayalah Ibu..!
Percayalah bahwa pengharapanmu padaku takkan pernah membuatmu kecewa. Akan
ku pelihara selalu senyumku agar tak menjadi palsu. Akan ku nikmati kesedihan
dan berusaha menjadi tangguh. Akan ku hadapi hidup ini dengan iman dan
kesabaran. Serta mensyukuri karunia yang telah diberikan oleh-Nya seluas langit
dan bumi.
Sekali lagi...
Terimakasih Simbok. Terimakasih atas segala materi yang telah kau beri. Terimakasih
atas segala petuah yang telah kau hidangkan pada diri ini. Dari ujung hati ini,
ijinkanlah buah hatimu untuk berikrar ikhlas tentang ungkapan rasa terimakasih.
Wallahul Musta’an,..
Ttd
Dari
Seorang Yang Selalu
Merindukanmu