قال رســـول الله صلى الله عليـــه وسلـــم

ان اولـــى النـــاس بـــى منزلة يوم القيـــامة اڪثرهم علـــى صلاة

اللهم صل عـلـــے سيـــــدنـا محمـــد وعـلـــے ال سيـــــدنـا محمـــد


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Bersegera Menuju Kebaikan



 Berdasar Kitab Riyadlus Sholihin, maka saya sampaikan artikel ini yang semoga bermanfaat bagi kita semua. Dari Abu Sirwa'ah yaitu 'Uqbah bin al-Harits ra. Berkata : "Saya sholat di belakang Nabi Saw di Madinah yakni shalat 'ashar. Kemudian setelah bersalam-salaman lalu berdiri bergegas-gegas, terus melangkahi leher (pundak) orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik isterinya. Orang-orang banyak yang takut karena melihat bergegas-gegasnya beliau itu. Selanjutnya Nabi Saw keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu lalu mengetahui bahwa mereka itu benar-benar terheran-heran karena bergegas-gegasnya tadi. Beliau Saw lalu bersabda : "Saya ingat pada sepotong emas yang ada di tempatku, maka saya tidak senang kalau benda itu mengganggu fikiranku untuk menghadap Allah Ta'ala. Oleh sebab itu saya menyuruh supaya benda tadi dibagi-bagikan." (HR. Bukhari).
Kalau bisa bersegera kenapa harus ditunda..? Demikian sikap Rasulullah dalam berbuat kebaikan. Sampai-sampai beliau terlihat tergesa-gesa. Tapi kenapa kebanyakan orang saat ini justru suka menunda-nunda..? Jangankan yang sedekah sunah. Yang jelas-jelas wajib dan harus segera ditunaikan saja, memakai moto : Kalau bisa ditahan, kenapa harus diberikan..? Apa yang perlu diperbaiki dalam diri ini..? Tampaknya, apa yang dicontohkan Rasulullah di atas patut kita renungkan.

Kenapa Menunda..?

Sebenarnya menurut keyakinan iman kita, apa yang dilakukan Rasulullah itulah yang benar. Sebab, dengan bersegera dalam kebaikan, kita juga bersegera meraih ridlo- Nya. Harta yang dikeluarkan di jalan Allah, diganti dengan pahala yang berlipat ganda. Menundanya, kadang malah membuat kita terlena. Harta yang mestinya untuk kebaikan, bisa-bisa terseret habis untuk memenuhi keinginan konsumtif belaka. Jadi kalau ingin beruntung, bersegeralah dalam kebaikan.
Firman Allah Swt : ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah : 261).
Namun, keyakinan kita itu kebanyakan baru merupakan pengetahuan. Atau bisa diistilahkan sebagai ilmul yaqin. Keyakinan yang demikian itu seringkali dikalahkan dengan keyakinan-keyakinan duniawi yang memang jelas tampak di depan mata. Misalnya saat berinfak, yang terlihat isi dompet jelas berkurang. Perasaan demikian inilah yang kemudian membuat seseorang lebih suka menunda.
Coba bandingkan saat orang merasakan keuntungan yang tampak secara langsung, pasti bersegera untuk meraihnya. Misal, saat ada berita bahwa BBM akan naik 50% terhitung pukul 00.00. Maka, banyak orang bersegera menuju pom bensin. Mereka berlomba untuk mendapat antri paling depan. Sebab terlambat sedikit, bisa-bisa tidak kebagian. Juga lihatlah suassaya pusat perbelanjaan yang menawarkan diskon besar-besaran. Selalu saja ramai orang berebut. Meski katanya sedang krismon, tempat-tempat itu rasanya tak pernah sepi.
Memang perilaku lebih dominan dibangun oleh suassaya hati daripada pikiran sadar. Meski pikiran sadarnya tahu bahwa berinfak lebih mulia dari pada memenuhi keinginan konsumtif, yang muncul adalah dorongan konsumtif itu. Sebab suassaya hati bawah sadarnya masih demikian. Berinfak rasanya hanya akan menghabiskan harta lebih cepat saja. Anggapan demikian itu haruslah segera ditepis. Bahwa Allah Maha Pemurah (Ar Rahman). Dialah Maha Pemberi rezeki (Ar Razzaq). Kalau kita berinfak mengikuti perintah-Nya, bagaimsaya mungkin Dia membiarkan hamba-Nya kekurangan..? Allah menjanjikan keberkahan. Dan Allah bukanlah pengingkar janji.

Untungnya Bersegera

Rasulullah bersegera dalam kebaikan karena hati beliau memang benar-benar yakin bahwa berinfak akan mengundang rahmat-Nya. Dan beliau tak mau menunda-nundanya karena khawatir akan murka-Nya. Hal ini bukan hanya ilmul yakin tetapi telah merasuk dalam hati beliau dan menjadi sistem nilai. Istilahnya sudah haqqul yaqin. Bila kita ingin memiliki perilaku seperti beliau, keyakinan kita haruslah ditingkatkan. Pengetahuan itu haruslah diresapkan dalam hati. Cobalah tenangkan pikiran. Pejamkan mata anda pelan-pelan dan gambarkan dalam hati akan janji Allah seraya berdoa, Ya Allah tsayamkan keyakinan ini pada hamb. Sebutir benih yang ditsayam menumbuhkan tujuh bulir.
Bayangkan kuat-kuat gambaran ini. Satu benih menjadi tujuh bulir. Kemudian pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Ya, Tiap bulir ada seratus biji. Infak Anda dengan izin-Nya menjadi berlipat ganda. Sebutir benih menjadi tujuh ratus biji. Satu berlipat tujuh ratus. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Subhsayallah betapa menggiurkannya janji Allah ini. Tak ketinggalan para malaikat pun berdoa kepada mereka yang berinfak. Selain dilipatgandakan pahalanya, harta orang yang suka berinfak tidaklah berkurang. Bahkan diganti yang lebih baik. Harta ini pun bertambah berkah karena naungan rahmat-Nya.
Malaikat tiada henti-hentinya berdoa : ”Ya Allah… gantilah harta orang yang berinfak. Ya Allah musnahkanlah harta-harta orang yang tak mau berinfak”. (Al Hadist). Kini coba bayangkan orang yang suka menunda-nunda. Sebenarnya bukan keuntungan yang didapat. tetapi justru laknat dari para malaikat. Harta yang demikian itu bisa kehilangan berkahnya. Bukannya membuat hati ini tentram dan bahagia, tetapi malah gundah gulsaya. Inilah peringatan dari Allah akibat tidak menunaikan sesuai petunjuk-Nya. Bahkan bila tak segera kembali ke jalan-Nya, Dia pun akan mengambil paksa dengan berbagai malapetaka. Naudzubillah. 
Dalam hal kebaikan janganlah menunda-nunda. Bersegeralah..! Malah kita diperintahkan berlomba. Lihatlah orang yang lebih bersegera dari kita, agar diri termotivasi untuk lebih baik lagi. Lebih bersegera, lebih bergegas. Itulah yang telah dicontohkan Rasulullah dalam hal melakukan kebaikan. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. (QS. Al Baqarah : 148). Sungguh sama sekali tiada ruginya bersegera dalam kebaikan. Malah akan dapat banyak keuntungan. Dengan menyebar rahmat-Nya kepada sesama, Allah yang Maha Pemurah tak akan terlambat mengganti dan mengalirkan rahmat dan berkah-Nya pada harta kita. Wallahu A’lam.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

ﻠيس اﻠفٺــے من يقول کان ابــــے ۞ لکن اﻠفٺــــے من يقول هـا انــــــا

Bukanlah Pribadi Seorang Pemuda Itu Yang Mengatakan : “Kae Hlo Bapakku..!

Tapi, Seorang Pemuda Sejati Itu Yang Berkata : “Iki Hlo Aku..!”

By Myself