Berdasar
Kitab Riyadlus Sholihin, maka saya sampaikan artikel ini yang semoga bermanfaat bagi
kita semua. Dari Abu Sirwa'ah yaitu 'Uqbah bin al-Harits ra. Berkata :
"Saya sholat di belakang Nabi Saw di Madinah yakni shalat 'ashar. Kemudian
setelah bersalam-salaman lalu berdiri bergegas-gegas, terus melangkahi leher
(pundak) orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik isterinya.
Orang-orang banyak yang takut karena melihat bergegas-gegasnya beliau itu.
Selanjutnya Nabi Saw keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu lalu mengetahui
bahwa mereka itu benar-benar terheran-heran karena bergegas-gegasnya tadi.
Beliau Saw lalu bersabda : "Saya ingat pada sepotong emas yang ada di tempatku,
maka saya tidak senang kalau benda itu mengganggu fikiranku untuk menghadap
Allah Ta'ala. Oleh sebab itu saya menyuruh supaya benda tadi
dibagi-bagikan." (HR. Bukhari).
Kalau
bisa bersegera kenapa harus ditunda..? Demikian sikap Rasulullah dalam berbuat
kebaikan. Sampai-sampai beliau terlihat tergesa-gesa. Tapi kenapa kebanyakan
orang saat ini justru suka menunda-nunda..? Jangankan yang sedekah sunah. Yang
jelas-jelas wajib dan harus segera ditunaikan saja, memakai moto : Kalau bisa
ditahan, kenapa harus diberikan..? Apa yang perlu diperbaiki dalam diri ini..?
Tampaknya, apa yang dicontohkan Rasulullah di atas patut kita renungkan.
Kenapa Menunda..?
Sebenarnya
menurut keyakinan iman kita, apa yang dilakukan Rasulullah itulah yang benar.
Sebab, dengan bersegera dalam kebaikan, kita juga bersegera meraih ridlo- Nya.
Harta yang dikeluarkan di jalan Allah, diganti dengan pahala yang berlipat
ganda. Menundanya, kadang malah membuat kita terlena. Harta yang mestinya untuk
kebaikan, bisa-bisa terseret habis untuk memenuhi keinginan konsumtif belaka.
Jadi kalau ingin beruntung, bersegeralah dalam kebaikan.
Firman
Allah Swt
: ”Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al
Baqarah : 261).
Namun,
keyakinan kita itu kebanyakan baru merupakan pengetahuan. Atau bisa
diistilahkan sebagai ilmul yaqin. Keyakinan yang demikian itu seringkali
dikalahkan dengan keyakinan-keyakinan duniawi yang memang jelas tampak di depan
mata. Misalnya saat berinfak, yang terlihat isi dompet jelas berkurang.
Perasaan demikian inilah yang kemudian membuat seseorang lebih suka menunda.
Coba
bandingkan saat orang merasakan keuntungan yang tampak secara langsung, pasti
bersegera untuk meraihnya. Misal, saat ada berita bahwa BBM akan naik 50%
terhitung pukul 00.00. Maka, banyak orang bersegera menuju pom bensin. Mereka
berlomba untuk mendapat antri paling depan. Sebab terlambat sedikit, bisa-bisa
tidak kebagian. Juga lihatlah suassaya pusat perbelanjaan yang menawarkan
diskon besar-besaran. Selalu saja ramai orang berebut. Meski katanya sedang
krismon, tempat-tempat itu rasanya tak pernah sepi.
Memang
perilaku lebih dominan dibangun oleh suassaya hati daripada pikiran sadar.
Meski pikiran sadarnya tahu bahwa berinfak lebih mulia dari pada memenuhi
keinginan konsumtif, yang muncul adalah dorongan konsumtif itu. Sebab suassaya
hati bawah sadarnya masih demikian. Berinfak rasanya hanya akan menghabiskan
harta lebih cepat saja. Anggapan demikian itu haruslah segera ditepis. Bahwa
Allah Maha Pemurah (Ar Rahman). Dialah Maha Pemberi rezeki (Ar Razzaq). Kalau
kita berinfak mengikuti perintah-Nya, bagaimsaya mungkin Dia membiarkan
hamba-Nya kekurangan..? Allah menjanjikan keberkahan. Dan Allah bukanlah
pengingkar janji.
Untungnya Bersegera
Rasulullah
bersegera dalam kebaikan karena hati beliau memang benar-benar yakin bahwa berinfak
akan mengundang rahmat-Nya. Dan beliau tak mau menunda-nundanya karena khawatir
akan murka-Nya. Hal ini bukan hanya ilmul yakin tetapi telah merasuk dalam hati
beliau dan menjadi sistem nilai. Istilahnya sudah haqqul yaqin. Bila kita ingin
memiliki perilaku seperti beliau, keyakinan kita haruslah ditingkatkan.
Pengetahuan itu haruslah diresapkan dalam hati. Cobalah tenangkan pikiran.
Pejamkan mata anda pelan-pelan dan gambarkan dalam hati akan janji Allah seraya
berdoa, Ya Allah tsayamkan keyakinan ini pada hamb. Sebutir benih yang ditsayam
menumbuhkan tujuh bulir.
Bayangkan
kuat-kuat gambaran ini. Satu benih menjadi tujuh bulir. Kemudian pada tiap-tiap
bulir ada seratus biji. Ya, Tiap bulir ada seratus biji. Infak Anda dengan
izin-Nya menjadi berlipat ganda. Sebutir benih menjadi tujuh ratus biji. Satu
berlipat tujuh ratus. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia
kehendaki. Subhsayallah betapa menggiurkannya janji Allah ini. Tak ketinggalan
para malaikat pun berdoa kepada mereka yang berinfak. Selain dilipatgandakan
pahalanya, harta orang yang suka berinfak tidaklah berkurang. Bahkan diganti
yang lebih baik. Harta ini pun bertambah berkah karena naungan rahmat-Nya.
Malaikat
tiada henti-hentinya berdoa : ”Ya Allah… gantilah harta orang yang berinfak. Ya Allah
musnahkanlah harta-harta orang yang tak mau berinfak”. (Al Hadist). Kini
coba bayangkan orang yang suka menunda-nunda. Sebenarnya bukan keuntungan yang
didapat. tetapi justru laknat dari para malaikat. Harta yang demikian itu bisa
kehilangan berkahnya. Bukannya membuat hati ini tentram dan bahagia, tetapi
malah gundah gulsaya. Inilah peringatan dari Allah akibat tidak menunaikan
sesuai petunjuk-Nya. Bahkan bila tak segera kembali ke jalan-Nya, Dia pun akan
mengambil paksa dengan berbagai malapetaka. Naudzubillah.
Dalam
hal kebaikan janganlah menunda-nunda. Bersegeralah..! Malah kita diperintahkan
berlomba. Lihatlah orang yang lebih bersegera dari kita, agar diri termotivasi
untuk lebih baik lagi. Lebih bersegera, lebih bergegas. Itulah yang telah
dicontohkan Rasulullah dalam hal melakukan kebaikan. Maka berlomba-lombalah
kamu (dalam berbuat) kebaikan. (QS. Al Baqarah : 148). Sungguh sama sekali
tiada ruginya bersegera dalam kebaikan. Malah akan dapat banyak keuntungan.
Dengan menyebar rahmat-Nya kepada sesama, Allah yang Maha Pemurah tak akan
terlambat mengganti dan mengalirkan rahmat dan berkah-Nya pada harta kita.
Wallahu A’lam.