قال رســـول الله صلى الله عليـــه وسلـــم

ان اولـــى النـــاس بـــى منزلة يوم القيـــامة اڪثرهم علـــى صلاة

اللهم صل عـلـــے سيـــــدنـا محمـــد وعـلـــے ال سيـــــدنـا محمـــد


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Semua Karena Cinta

Pagi itu seorang Kakek berjalan perlahan di trotoar, tangannya membawa bungkusan kantong plastik berisi makanan. Wajahnya terlihat damai sangat bersahaja, senyuman terindah tidak pernah meninggalkan wajahnya. Setiap orang yang ditemui selalu disapanya dengan hangat dan mereka yang disapa pun juga memberikan senyuman terhangatnya di pagi itu, mengalahkan hangatnya sinar mentari yang baru saja mulai terbit.

Sebuah pemandangan yang sangat menyentuh hati, diri ini tergerak untuk mendekati Sang Kakek itu dan mulailah percakapan itu terjadi : “Selamat pagi Kek, hari yang bahagia ya..?” Sapaku. “Bahagia atau tidak, bagaimana hatimu memikirkannya Nak..?” Kakek itu menjawab sambil tersenyum dan melanjutkan ucapannya : “Banyak orang bahagia di luarnya ternyata sangat menderita di dalamnya dan juga sebaliknya, ada juga yang begitu terlihat menderita tetapi sangat bahagia di hatinya”.

Ia menatapku dengan penuh kasih dan melanjutkan perkataannya : “Menurutmu kakek tua ini kategori yang mana Nak..?”. “Tentunya Kakek tidak dua-duanya, karena aku lihat kakek bahagia luar dalam” kataku sambil terus berjalan menemani gerak dari langkah kakinya yang berjalan lambat. “Semua orang pasti menginginkan dirinya bahagia, dari tampilan luar ia ingin semua orang mengetahui bahwa ia sedang gembira, dan hatinya penuh dengan kebahagiaan, iya kan..? Tetapi dunia ini tidak ada yang sempurna, terkadang kita harus bersandiwara untuk menutupi kekurangan, kesedihan, kepedihan dan duka kita, dan kadang kala dengan sandiwara itu, banyak hal yang kita bisa dapatkan, yang akhirnya menghibur dan menjawab persoalan hidup kita” jawab Kakek itu.

Kakek itu menatapku dan melanjutkan kata-kata bijaknya : “Inilah yang banyak orang kurang pahami tentang arti lain dari ‘Dunia Ini Panggung Sandiwara’, semua orang berpikir bahwa bersandiwara itu tidak baik, semuanya negatif. Padahal pada saat kita sedih dan orang lain tidak tahu kesedihan kita, tidak akan ada orang yang sakit hati, tidak akan ada orang yang patah hati, tidak ada perselisihan kemudiannya dan sebaliknya, semua terhibur karena melihat kita begitu gembira, padahal hanya tampak luarnya saja. Kita tidak merepotkan orang lain dan akibatnya tanpa disadari semua orang menghibur kita dengan senyumannya yang terindah, dengan canda tawanya yang menutupi semua lubang luka di hati, bahkan kadang-kadang kita memiliki teman-teman yang begitu luar biasa menemani kita karena mereka merasa bahagia bersama kita, padahal mereka sama sekali tidak tahu perasaan kita yang sesungguhnya, tetapi kebahagiaan itu sudah ada disana bukan..?”.

“Nak..! Coba kamu bayangkan, seandainya kamu sedang marah, jengkel, kesel, sedih, sakit hati, dirundung duka etc dan semua itu kamu tunjukan dengan jelas kepada semua orang, agar mereka dan satu dunia dapat mengetahui isi hatimu, apakah mereka masih bisa tersenyum padamu..? Mungkin untuk bercanda saja sudah takut, tanpa kau sadari mereka pun akan menjauhimu. Dengan itu semua, apakah beban hidupmu akan berkurang..? Justru malah menambah beban baru lagi padamu kan..?”.

Tttraaasss... Serasa satu tamparan keras telak mengenai wajahku. Kata-kata itu begitu indah, mengena dan bijak. Menyadarkanku atas kebodohanku selama ini. Aku orang yang tempramental, selalu menunjukan semua isi hatiku pada orang-orang terdekatku, teman-temanku, sahabatku agar mereka tahu siapa dan kenapa aku. Tak disangka perjumpaanku dengan kakek tua itu membuatku menyadari bahwa terkadang kita memang harus bersandiwara, agar senyuman di wajah kita dapat menghibur orang lain dan orang lain pun akan memberikan keindahan hatinya kepada kita, dan kadang kala hati yang telah membeku pun dapat perlahan mencair dan menghangat.

Ada lagi kata-kata yang selalu ku ingat dari percakapan terkahir kami : “Kakek ini sudah tua Nak, sudah banyak pengalaman baik pahit maupun manis yang kakek alami dalam mengarungi lika-liku kehidupan, dan yang mampu membuat kakek tetap bahagia sampai saat ini adalah Cinta. ya “Semua Karena Cinta”, aku mencintai alm isteriku, aku mencintai anak-anakku, aku mencintai cucu-cucuku, aku mencintai tetangga-tetanggaku, aku mencintai orang-orang yang kutemui sepanjang jalan ini, aku mencintai semua anak-anak di jalan, aku mencintai semua binatang yang kutemui, aku pun mencintai semua makhluq ciptaan Tuhan Semesta Alam.

Inilah yang membuat Kakek mengerti arti kehidupan, karena cinta tidak pernah membiarkan Kakek terus menerus bersedih. Karena cinta selalu mengisi hati kakek dan relung hati yang kosong. Karena cinta pulalah yang membuat Kakek mampu mengatasi segala persoalan hidup. Yang pastinya disandarkan penuh karena kecintaan Kakek pada Sang Pencipta kita yaitu Tuhan”.

Pesan terakhir Kakek Tua itu padaku : “Nak..! Dunia Ini Panggung Sandiwara, tetapi isilah alur ceritanya menjadi Cerita Cinta, yakin dan percayalah itu akan memberikan kekuatan dan membangkitkan semangat bagi hidupmu”. Wallahu A’lam,..

Betapa Susahnya Memuaskan Orang

Konon, ada seorang Bapak dan Anak yang sedang bepergian dengan mengendarai keledai. Tibalah mereka di sebuah pasar pada suatu perkampungan yang saat itu sedang ramai pengunjungnya, pada saat itu, keledai yang tidak seberapa besar sedang ditumpangi bapaknya sedang anaknnya menuntunnya. Gampang bergosip dan berkomentar, itulah salah satu kebiasaan utama penduduk kampung tersebut terhadap apapun yang dilihat dan diamatinya. Pada saat melihat orang baru yang memasuki kampungnya, berkomentarlah mereka : "Lihatlah..! Itulah contoh Bapak yang tidak tahu diri, masak dia enak-enak mengendarai keledai sedang anaknya disuruh menuntunnya". Mendengar komentar penduduk, berkatalah bapak tersebut kepada anaknya : "Nak, cobalah kau turuti apa kemauan penduduk tersebut".

Setelah singgah beberapa saat dikampung tersebut, maka mereka meneruskan perjalanan ke kampung berikutnya. Agar tidak mendapat komentar lagi, maka diputuskan bahwa yang mengendarai keledai adalah anaknya, sedang yang menuntun adalah bapaknya. Ketika tiba di suatu perkampungan, maka terkejutlah penduduk tersebut dan mereka berkomentar : "Lihatlah..! Apakah pantas yang dilakukan anak tersebut, sementara dia enak-enak menaiki keledai sedangkan bapaknya yang disuruh menuntunnya, anak yang tidak tahu sopan santum". Mendengar komentar tersebut, bapaknya berkata : "Nak, cobalah kita turuti kemauan mereka".

Setelah bermalam di perkampungan tersebut, mereka melanjutkan perjalanan menuju kampung berikutnya. Pada perjalanan selanjutnya, kedua bapak anak tersebut sepakat untuk menaiki keledainya bersama-sama. Pada petang hari mereka memasuki suatu perkampungan. Disaat menyambut kedua tamu tersebut, terlihat kemarahan penduduk dan berkomentar : "Lihatlah..! Bagaimana teganya kedua orang ini, masak keledai sekecil ini dipaksa untuk mengangkut mereka. Apakah mereka tidak merasa kasihan terhadap keledai ini..?. Mendengar komentar tersebut, berkatalah bapaknya : "Nak, Marilah kita coba lagi turuti apa kemauan mereka".

Pagi harinya setelah pamit, mereka melanjutkan perjalanan. Pada perjalanan kali ini, mereka sepakat untuk tidak menaiki keledai dan menuntunnya saja. Ketika tiba disuatu kampung, meledaklah tawa penduduk kampung tersebut dan berkomentar : "Lihatlah..! Apakah kalian tidak melihat tontonan yang menghibur sepanjang hari ini..? Apakah mereka tidak pernah diberi tahu bahwa salah satu manfaat keledai adalah untuk dinaiki. Betapa bodohnya mereka, berjalan sepanjang hari padahal mereka mengetahui bahwa keledai dapat membantu mereka". Mendengar komentar demi komemtar dari setiap penduduk yang dilewatinya, maka mereka sepakat untuk melepaskan keledai tersebut dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki saja,.. b(^_^)b

Kisah diatas mungkin bisa menambah referensi tentang episode dalam kehidupan ini seperti dibenci dan disuka, hampir tidak ada orang yang dibenci seutuhnya serta tidak ada pula yang dipuja seluruhnya. Babak kehidupan selalu mengisahkan jikalau sebagian besar manusia menyukai seseorang pastilah terdapat sebagaian manusia yang membenci, demikian pula sebaliknya. Begitulah episode kehidupan ini hampir tidak pernah ada skenario yang bisa memuaskan semua pihak secara keseluruhan, ada sisi yang memuaskan namun ada juga sisi yang mungkin mengecewakan dan bahkan merugikan,..

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

ﻠيس اﻠفٺــے من يقول کان ابــــے ۞ لکن اﻠفٺــــے من يقول هـا انــــــا

Bukanlah Pribadi Seorang Pemuda Itu Yang Mengatakan : “Kae Hlo Bapakku..!

Tapi, Seorang Pemuda Sejati Itu Yang Berkata : “Iki Hlo Aku..!”

By Myself