Pagi itu seorang Kakek berjalan
perlahan di trotoar, tangannya membawa bungkusan kantong plastik berisi
makanan. Wajahnya terlihat damai sangat bersahaja, senyuman terindah tidak
pernah meninggalkan wajahnya. Setiap orang yang ditemui selalu disapanya dengan
hangat dan mereka yang disapa pun juga memberikan senyuman terhangatnya di pagi
itu, mengalahkan hangatnya sinar mentari yang baru saja mulai terbit.
Sebuah pemandangan yang sangat
menyentuh hati, diri ini tergerak untuk mendekati Sang Kakek itu dan mulailah
percakapan itu terjadi : “Selamat pagi Kek, hari yang bahagia ya..?” Sapaku.
“Bahagia atau tidak, bagaimana hatimu memikirkannya Nak..?” Kakek itu menjawab
sambil tersenyum dan melanjutkan ucapannya : “Banyak orang bahagia di luarnya
ternyata sangat menderita di dalamnya dan juga sebaliknya, ada juga yang begitu
terlihat menderita tetapi sangat bahagia di hatinya”.
Ia menatapku dengan penuh kasih dan
melanjutkan perkataannya : “Menurutmu kakek tua ini kategori yang mana Nak..?”.
“Tentunya Kakek tidak dua-duanya, karena aku lihat kakek bahagia luar dalam”
kataku sambil terus berjalan menemani gerak dari langkah kakinya yang berjalan
lambat. “Semua orang pasti menginginkan dirinya bahagia, dari tampilan luar ia
ingin semua orang mengetahui bahwa ia sedang gembira, dan hatinya penuh dengan
kebahagiaan, iya kan..? Tetapi dunia ini tidak ada yang sempurna, terkadang
kita harus bersandiwara untuk menutupi kekurangan, kesedihan, kepedihan dan
duka kita, dan kadang kala dengan sandiwara itu, banyak hal yang kita bisa
dapatkan, yang akhirnya menghibur dan menjawab persoalan hidup kita” jawab
Kakek itu.
Kakek itu menatapku dan melanjutkan
kata-kata bijaknya : “Inilah yang banyak orang kurang pahami tentang arti lain
dari ‘Dunia Ini Panggung Sandiwara’, semua orang berpikir bahwa bersandiwara
itu tidak baik, semuanya negatif. Padahal pada saat kita sedih dan orang lain
tidak tahu kesedihan kita, tidak akan ada orang yang sakit hati, tidak akan ada
orang yang patah hati, tidak ada perselisihan kemudiannya dan sebaliknya, semua
terhibur karena melihat kita begitu gembira, padahal hanya tampak luarnya saja.
Kita tidak merepotkan orang lain dan akibatnya tanpa disadari semua orang
menghibur kita dengan senyumannya yang terindah, dengan canda tawanya yang
menutupi semua lubang luka di hati, bahkan kadang-kadang kita memiliki
teman-teman yang begitu luar biasa menemani kita karena mereka merasa bahagia
bersama kita, padahal mereka sama sekali tidak tahu perasaan kita yang
sesungguhnya, tetapi kebahagiaan itu sudah ada disana bukan..?”.
“Nak..! Coba kamu bayangkan,
seandainya kamu sedang marah, jengkel, kesel, sedih, sakit hati, dirundung duka
etc dan semua itu kamu tunjukan dengan jelas kepada semua orang, agar mereka
dan satu dunia dapat mengetahui isi hatimu, apakah mereka masih bisa tersenyum
padamu..? Mungkin untuk bercanda saja sudah takut, tanpa kau sadari mereka pun
akan menjauhimu. Dengan itu semua, apakah beban hidupmu akan berkurang..?
Justru malah menambah beban baru lagi padamu kan..?”.
Tttraaasss... Serasa satu tamparan
keras telak mengenai wajahku. Kata-kata itu begitu indah, mengena dan bijak.
Menyadarkanku atas kebodohanku selama ini. Aku orang yang tempramental, selalu
menunjukan semua isi hatiku pada orang-orang terdekatku, teman-temanku,
sahabatku agar mereka tahu siapa dan kenapa aku. Tak disangka perjumpaanku
dengan kakek tua itu membuatku menyadari bahwa terkadang kita memang harus
bersandiwara, agar senyuman di wajah kita dapat menghibur orang lain dan orang
lain pun akan memberikan keindahan hatinya kepada kita, dan kadang kala hati
yang telah membeku pun dapat perlahan mencair dan menghangat.
Ada lagi kata-kata yang selalu ku
ingat dari percakapan terkahir kami : “Kakek ini sudah tua Nak, sudah banyak
pengalaman baik pahit maupun manis yang kakek alami dalam mengarungi lika-liku
kehidupan, dan yang mampu membuat kakek tetap bahagia sampai saat ini adalah
Cinta. ya “Semua Karena Cinta”, aku mencintai alm isteriku, aku mencintai
anak-anakku, aku mencintai cucu-cucuku, aku mencintai tetangga-tetanggaku, aku
mencintai orang-orang yang kutemui sepanjang jalan ini, aku mencintai semua
anak-anak di jalan, aku mencintai semua binatang yang kutemui, aku pun
mencintai semua makhluq ciptaan Tuhan Semesta Alam.
Inilah yang membuat Kakek mengerti
arti kehidupan, karena cinta tidak pernah membiarkan Kakek terus menerus
bersedih. Karena cinta selalu mengisi hati kakek dan relung hati yang kosong.
Karena cinta pulalah yang membuat Kakek mampu mengatasi segala persoalan hidup.
Yang pastinya disandarkan penuh karena kecintaan Kakek pada Sang Pencipta kita
yaitu Tuhan”.
Pesan terakhir Kakek Tua itu padaku
: “Nak..! Dunia Ini Panggung Sandiwara, tetapi isilah alur ceritanya menjadi
Cerita Cinta, yakin dan percayalah itu akan memberikan kekuatan dan
membangkitkan semangat bagi hidupmu”. Wallahu A’lam,..