“Kecil dimanja, Muda Foya-Foya, Tua
Kaya Raya, Mati Masuk Surga”, inilah bahan candaan akhwan-ikhwat disekitar kita
saat ini, mungkin itu cuma bercanda, namun terkadang ada juga yang mempunyai
prinsip seperti itu, begitu pula dengan seorang adik, seorang adik dinasehati :
“Dik, kamu hidup di dunia ini hanyalah sementara, jagalah ibadahmu”, entah
mengejek atau hanya sekedar guyonan dia menjawab : “Justru itu kak, kita
manfaatkan hidup yang sementara ini dengan foya-foya”, sungguh ucapan adik yang
satu ini menunjukkan belum begitu tahunya dengan agama, hidayah memang hanya
ditangan Allah swt, namun nasehat haruslah terus disampaikan, karena dia adalah
adik satu-satunya yang setiap kakak menginginkan kebaikan bagi saudaranya
sebagaimana diapun telah mendapatkan kebaikan.
Dik, Nabi kita Sayyidina Muhammad
saw pernah memberi wejangan kepada seorang pemuda, yaitu Ibn Umar ra, berikut
sabdanya : ”Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan engkau adalah orang asing
bahkan seorang pengembara” (HR. Bukhori), Adikku, yang namanya orang asing itu
adalah orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berbaring, namun dia
dapat mampir sementara di negeri asing tersebut, lalu dalam hadits diatas
dimisalkan lagi seperti orang yang sedang mengembara, wahai adikku, semoga
engkau selalu mendapat taufiq-Nya, seorang pengembara tidaklah mampir untuk
istirahat disuatu tempat kecuali hanya sekejap mata, dikanan kirinya juga akan
dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat-tempat
yang membahayakan, akan melewati teriknya matahari di padang pasir, dan mungkin
akan bertemu dengan berbagai macam binatang buas dan juga perampok, itulah
adikku, pemisalan indah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, bahwa hidup di
dunia ini hanyalah sementara sekali, ibarat mampir ngombe, bahkan akan terasa
sekejap mata.
Adikku, pemisalan yang bagus pula
dapat engkau renungkan dalam hadits berikut, Rosulullah saw bersabda : “Aku
tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya, adapun aku
tinggal di dunia ini hanyalah seperti pengendara yang berteduk dibawah pohon
dan beristirahat, lalu meninggalkannya”, (HR At-Tirmidzi), renungkanlahlah
adikku, pemisalan yang sungguh sangat bagus dari Uswatun Hasanah kita, hidup di
dunia ini sungguh sangatlah singkat, dan semoga hatimu trenyuh dengan nasihat
Sayyidina Ali Bin Abi Tholib berikut : “(Ketahuilah) dunia itu akan
ditinggalkan belakangan sedangklan akhirat akan ditemui didepan, dunia dan
akhirat tersebut memiliki bawahan, jadilah budak akhirat dan janganlah jadi
budak dunia, hari ini (di dunia) adalah hari beramal, bukanlah hari
perhitungan, sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah
hari beramal lagi”.
Bahaya
Kehidupan
Adikku..! Kakak beri pemisalan lagi
ya..! Kecelakaan di jalan tol lebih besar dibanding kecelakaan di jalan yang
berbelok belok, becek atau berlubang. Itu dikarenakan para pengendara
menganggap bahwa dengan jalan tol bebas hambatan mereka bisa melaju sekencang
mungkin dibandingkan di jalan yang berkelok kelok. Begitu juga dengan hidup
adikku. Kenyamanan dan keserba kecukupan berpotensi melenakan dan
menghancurkan. Anak anak yang dibesarkan dalam suasana serba mudah, lebih
rentan tergelincir. Mereka pun cenderung mudah kalah saat dihadapkan pada
kondisi sulit. Berbeda dengan anak anak yang lahir dan dibesarkan dalam kondisi
sulit. Mereka akan jauh memiliki daya tahan dalam mengarungi hidup. Betapa banyak
orang yang sukses mengawali hidupnya dari kondisi serba darurat. Ketika
kesulitan menghadang, mereka akan menghadapinya dengan senyuman. Mengapa..?
Karena kesulitan sudah menjadi makanan sehari hari.
Adikku..! Ibaratnya hidup serba
mudah itu seperti jalan tol, lurus, rata, kostan dan mudah diprediksi
belokannya. Sementara hidup serba susah bagaikan berkendaraan di jalan yang
penuh kelokan. Sulit diprediksi, dinamis, menuntut konsentrasi dan kehati
hatian ekstra, sehingga kecelakaan lebih dapat diminimalisasi. Kalau kita
cermati, ternyata ada kemiripan antara kecelakaan di jalan raya dengan
kecelakaan dalam hidup khususnya bila dilihat dari penyebabnya.
1. Ngantuk, karena tak pandai
mengukur kemampuan diri. Dalam hidup kalau seseorang tidak pandai menyikap
hidup dan mengukur kemampuan dirinya maka akan mudah tergelincir.
2. Ugal ugalan. Orang yang ugal
ugalan dalam hidup, tidak memakai perhitungan matang, tergesa gesa mengambil
keputusan, kehidupannya pasti berantakan.
3. Mengemudi sambil menelpon. Mirip
dengan orang yang lalai, tidak waspada dan berdisiplin. Ia kurang bisa
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Akibatnya sungguh fatal.
4. Ceroboh tidak terampil
menggunakan rem misalnya, mirip orang yang tidak terampil mengendalikan hawa
nafsu. Kita dapat menduga apa yang akan terjadi pada orang yang kurang tampil
mengendalikan nafsu, hati akan mengeras, susah akur, tamak dan sebagainya.
5. Tidak memiliki persiapan yang
matang, tidak memeriksa kendaraan sebelum berangkat. Hal ini mengingatkan kita
betapa pentingnys melakukan persiapan dan perencanaan matang sebelum
beraktifitas. Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan gagal. Orang
yang tidak memiliki perencanaan dalam hidupnya berpeluang besar untuk gagal.
6. Belum lancar mengendarai. Dalam
hidup, kalau kita tidak terampil dan terlatih menghadapi masalah, akan membuat
hidup terasa ruwet dan getir. Disinilah pentingnya amal yang berkesinambungan
di bawah bimbingan pelatih profesional. Dalam hidup, pembimbing kita adalah
Al-Quran dan Hadist.
7. Tidak tahu rambu rambu lalu
lintas, sama artinya dengan tidak memahami aturan hidup yang digariskan agama.
Atau orang yang mengetahui adanya rambu rambu lalu lintas, namun tidak mau
menaatinya.
Adikku..! Kehidupan kita tidak jauh
beda seperti orang yang mengendarai mobil di jalan. Maka berhati hatilah
menjalani kehidupan ini agar kita selamat menuju akhirat, seperti kita
menghindari kecelakaan di jalan raya. Kecelakaan jalan tol lebih besar
dibanding kecelakaan di jalan yang berbelok belok, becek atau berlubang. Itu
dikarenakan para pengendara menganggap bahwa dengan jalan tol bebas hambatan
mereka bisa melaju sekencang mungkin dibandingkan di jalan yang berkelok kelok.
Adikku..! ingatlah akhiratmu,
ingatlah kematian yang setiap saat dapat menghampirimu dan engkaupun tidak
dapat menghindarinya, janganlah terlalu panjang angan-angan, siapkanlah bekal
untuk akhiratmu dengan amal sholih di dunia sebagai bekalmu nanti di negeri
akhirat, perbaiki aqidahmu, jauhilah syirik, jagalah sholatmu, jangan suka
berbohong, tutuplah aurotmu dengan sempurna dan janganlah sampai mengumbarnya,
dan berbaktilah kepada orangtuamu dengan baik. Wallahu A’lam,..