قال رســـول الله صلى الله عليـــه وسلـــم

ان اولـــى النـــاس بـــى منزلة يوم القيـــامة اڪثرهم علـــى صلاة

اللهم صل عـلـــے سيـــــدنـا محمـــد وعـلـــے ال سيـــــدنـا محمـــد


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Belajar Ilmu Agama

Banyak dari Teman-teman yang menanyakan : Bagaimana hukumnya belajar Agama tanpa bermursyid (Guru) atau belajar hanya melalui benda-benda mati seperti buku, buletin, artikel dan sebagainya..? sedangkan firman Allah swt : ”Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya” (Qs. Al-Isra’ : 36), dan dalam Ihya’ Ulumuddin dijelaskan : ”Barang siapa tiada bermursyid (guru pembimbing) maka mursyid (guru) nya adalah syetan”.

Jawab : boleh belajar dari buku, buletin, artikel atau yang lainnya tapi hanya sebagai referensi dan sepintas membacanya saja tanpa diamalkan terlebih dahulu, finalnya nanti apabila sudah kita hadapkan dengan Ulama Ahlul Ilmi (Ulama Nafi’) yang sanad keilmuannya sampai pada Rosulullah saw barulah kita boleh mengamalkannya, karena Beliaulah yang nantinya akan meluruskan manakala terdapat kekeliruan, dan yang akan menjelaskan lebih detail lagi.

Manfaat Berguru

Salah satu dari manfaat berguru adalah agar terhindar dari perkara-perkara yang sesat dan untuk menghindari fitnah, dengan sanad (mata rantai keilmuan) maka akan mencegah manusia untuk berbicara semaunya/seenak gue, atau berbicara hanya berdasarkan dari kerangka otaknya saja, dengan sanad, maka hal-hal yang disampaikan Rosulullah saw terjaga keaslian isi ilmunya, tanpa ada yang dikurangi atau ditambah-tambah (dimodifikasi manusia), karena ”jika tanpa sanad, orang bisa berkata apa saja yang dikehendakinya”, tidak ada dalam sejarah seorang Ulama Besar lahir dari belajar kepada buku saja, karena ilmu adalah keahlian dan setiap keahlian membutuhkan ahlinya, maka untuk mempelajari suatu ilmu membutuhkan muallimnya yang ahli.

Seorang Ulama mengatakan, ”Barang siapa masuk (belajar) kedalam ilmu sendirian, maka diapun keluar sendirian”, maksudnya adalah orang yang belajar ilmu tanpa ada seorang Guru yang membimbingnya, maka dia keluar darinya tanpa ilmu, ada sebagian orang yang beranggapan bahwa belajar hanya dengan buku, artikel atau yang lainnya mampu membimbing orang yang memahaminya untuk mendapatkan ilmu, memang benar demikian kalau kita terapkan pada ilmu umum, tetapi tidak dalam ilmu agama, Belajar agama haruslah dengan Guru, seandainya kita menginginkan ilmu agama tanpa guru, niscaya kita akan tersesat dari jalan yang benar, kalau hanya belajar dari buku, artikel, buletin atau yang lainnya maka ketahuilah bahwa didalamnya (buku) terdapat kesulitan-kesulitan yang membingungkan akal, contoh sederhana, kita belajar sholat hanya membaca buku panduan sholat yang bisa kita jumpai di toko buku, mungkin bacaan-bacaanya, kaifiyahnya kita sudah tahu dan bisa mempraktekannya, akan tetapi pemahaman kita tentang sholat tersebut belumlah benar, ada hal lain yang tidak kita dapatkan dari buku, padahal merupakan hal yang penting dalam sholat, misalnya tingkatan niat, syarat takbirotul ihram, thuma’ninah, rukun qouli, fi’li qolbi, sunat haiat, sunat ab’ad dan sebagainya, maka dari itu : ”Barang siapa yang tidak mengambil dasar ilmu dari Ulama, maka keyakinannya dalam perkara sulit adalah dugaan”. dan dalam Qoulul Ulama’ dijelaskan : ”Dan setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amal-amalnya tertolak dan tidak diterima”.

Ilmu Dan Cara Mendapatkannya

Ilmu adalah pemberian Allah swt kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, usaha manusia untuk mendapatkan ilmu diwajibkan oleh Allah swt dalam beberapa hadits Rasulullah saw Artinya : “Manusia berdosa jika meninggalkan usaha dalam mendapatkan ilmu, sebaliknya jika usaha sudah dilakukan, sementara ilmu itu tidak juga dapat dikuasai, maka orang tersebut sudah terhindar dari kesalahan, sebab yang wajib adalah menuntut ilmu, bukan mendapatkannya (‘Alim), adapun mendapatkan ilmu (‘Alim), semata-mata hanyalah karunia Allah saja”.

Dengan demikian Teman-teman janganlah merasa kecewa dan putus asa jika sudah belajar ilmu, tapi ternyata Teman-teman gagal menguasai ilmu tersebut, ini bukan salahnya Teman-teman, akan tetapi memang Allah swt tidak atau belum berkenan memberikan ilmu itu, yang wajib adalah menuntut ilmu bukan pintar (’Alim) nya, dalam kenyataan hidup ini banyak kita jumpai orang yang belajar membaca Al-Qur’an, misalnya sudah bertahun-tahun melakukannya dengan sungguh-sungguh, namun ternyata hasil yang dia peroleh tidak sesuai yang diharapan, dia tetap saja tidak dapat mengucapkan huruf-hurufnya dengan fashih, dan banyak melakukan kesalahan dalam tajwid dan waqaf-washolnya, kenapa bisa terjadi..? tidak lain karena tidak diberikan oleh Allah swt, pintar (’alim) adalah Fadhlun Minallah dan diberikan kepada hamba yang dikehendaki-Nya, hal ini sudah Allah swt jelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya : “Dan tidaklah kamu diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja”(QS. Bani Israil : 85).

Bagaimanakah Cara Mendapatkan Ilmu..?

Ilmu itu dapat diperoleh oleh seseorang dengan melalui beberapa jalan, tidak seperti yang sering dianggap oleh kebanyakan orang bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah dengan belajar dan menuntutnya, diantara cara mendapatkan ilmu itu antara lain :
1. Belajar, dan menuntut ilmu tersebut dari orang lain.
Hadits Nabi saw yang artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”, dalam hadits lain yang artinya : “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah swt membuatnya berjalan di salah satu jalan menuju surga”, Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada pencari ilmu, Sesungguhnya orang berilmu dimintakan ampunan oleh makhluk yang berada dia langit dan bumi, serta ikan di tengah hari. Sesungguhnya keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada saat purnama atas seluruh bintang”, Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mewariskan ilmu. Barangsiapa mendapatkannya, ia mendapatkan keuntungan yang besar.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad Darimi)
2. Diajarkan langsung oleh Allah swt tanpa diajarkan oleh orang lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surat Al Baqarah ayat 31 : “Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”.
3. Ilmu didapat dengan beramal.
Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Barangsiapa mengamalkan satu ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu-ilmu lain yang sebelumnya dia tidak tahu.” (HR. Abu Nu’aim), tidak heran jika banyak orang-orang sholih yang rajin beramal dianugerahi Allah swt banyak ilmu sebagai buah amal yang rajin dilakukannya bertahun-tahun, ilmu yang tidak diperoleh oleh orang-orang yang banyak bicara dan berdebat dengan orang lain.
4. Ilmu didapat dengan bertaqwa.
Firman Allah swt dalam Surat Al Baqarah ayat 282 yang artinya: “Dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
5. Ilmu dapat diperoleh dengan diajarkan oleh makhluk lain

Di zaman dahulu ketika manusia baru pada generasi pertama, telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil, salah satu putera Nabi Adam as, terhadap saudara kandungnya yang sholih Khabil, Setelah Qabil membunuh saudaranya itu, dia ketakutan dan kebingungan karena tidak tahu bagaimana caranya mengamankan tubuh saudaranya yang sudah menjadi mayat itu. Tiba-tiba dengan perintah Allah turunlah sepasang burung gagak yang saling tempur di depannya, kemudian salah seekor dari gagak itu mati. Kemudian gagak yang menang menggali lubang serta menguburkan gagak yang mati. Maka, terkesimalah Qabil dan dia pun mendapatkan ilmu dari burung itu. Kisah ini ada dalam Al-Qur’an surat al Maidah ayat 30-31, beberapa jurus-jurus bela diri terkenal dari mancanegara banyak yang dipelajari dari cara binatang berkelahi, seperti jurus kucing, jurus harimau, jurus bangau, jurus ular dan lain-lain sebagainya.

Dalam hadits Nabi Saw ada dikisahkan beberapa orang teman-teman nabi, justru mendapatkan ilmu sebab diajari oleh syaitan, kisah tersebut antara lain : dari Abu Hurairah ra berkata : ”Aku ditugaskan Rasulullah Saw untuk menjaga hasil zakat pada bulan Ramadhan, tiba-tiba datanglah seseorang kepadaku, dan mengambil sedikit dari zakat itu, maka aku menangkapnya seraya berkata : kamu akan kuadukan kepada Rasulullah Saw, orang itu berkata : biarkan aku, sesungguhnya aku orang miskin, punya banyak anak, dan sangat membutuhkan, maka aku pun melepaskannya, pada keesokan harinya, Rasulullah Saw bertanya kepadaku: Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu kemarin..? aku menjawab : Ya Rasulullah, dia mengadukan kemiskinannya dan kelurganya yang banyak, maka aku kasihan dan aku membebaskannya, Nabi bersabda : Sesungguhnya orang itu berdusta kepadamu, dan dia akan kembali, saya sadar bahwa orang itu akan kembali karena Rasulullah Saw mengatakannya, maka aku pun mengintipnya, ternyata ia datang untuk mengambil makanan, maka aku menangkapnya lagi seraya berkata : sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah Saw, dia berkata : lepaskan aku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan dan punya keluarga yang banyak, saya tidak akan kembali, maka aku pun mengasihaninya dan membebaskannya lagi, keesokan harinya, Rasulullah Saw bertanya kepadaku : Hai Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan tawananmu kemarin..? saya menjawab : Wahai Rasulullah, dia mengadukan kemiskinan dan jumlah kelurganya yang banyak, maka aku pun kasihan dan membebaskannya lagi, Nabi saw bersabda : sesungguhnya dia berdusta kepada mu dan dia akan kembali, maka pada yang ketiga kalinya aku mengintipnya kembali, dia datang mengambil makanan, segera aku menangkapnya seraya aku berkata : sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah saw, ini adalah yang ketiga kalinya kamu mengatakan bahwa kamu tidak akan kembali, namun nyatanya engkau kembali lagi, dia berkata : biarkan aku mengajari mu beberapa kalimat yang dengannya kamu akan beroleh manfaat dari Allah swt, saya bertanya : Kalimat apakah itu..? dia berkata, : apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi, “Allah, Tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal dan terus menerus mengurus makhluknya….” dia membaca hingga akhir ayat, maka Allah swt akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi, maka aku pun membebaskannya, keesokan hari Rasulullah Saw bertanya kepadaku : apa yang telah dilakukan oleh tawanan mu kemarin..? saya menjawab, : Wahai Rasulullah Saw, dia telah mengajariku beberapa kalimat yang dengannya Allah akan memberiku manfaat, maka aku pun melepaskannya, Beliau bertanya : Kalimat apakah itu..? dia berkata kepadaku : apabila kamu akan tidur, maka bacalah Ayat kursi dari awal hingga dia menyelesaikan ayat “Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya…“ dia berkata kepadaku : Allah swt akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan syaitan tidak akan mendekatimu hingga pagi”, para teman-teman sangat menyukai kebaikan, maka Nabi Saw bersabda : Dia telah berkata benar kepadamu, dan sebenarnya dia adalah pendusta, Hai Abu Hurairah, tahukah dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu..? Saya menjawab : tidak, maka Nabi bersabda : dia adalah Syaitan.” (HR. Bukhari), hadits ini menunjukkan bahwa apabila Allah berkehendak, maka Dia mampu untuk memerintahkan siapa saja, bahkan termasuk syaitan sekalipun untuk memberikan ilmu dan pelajaran kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Kisah yang senada dengan kisah di atas pernah dialami oleh beberapa shahabat Nabi yang berbeda. Silakan ruju’ pada kitab Tafsir Ibnu Katsir keterangan pada ayat kursi, surat Al-Baqarah ayat 255. Wallahu A’lamu Bishshowab,..


Kata Teman Pengajianku

“Wanita itu ibarat buku yang dijual di toko buku” Kata teman pengajianku. Ia melanjutkan ceritanya : "Begini asosiasinya. di suatu toko buku, banyak pengunjung yang datang untuk melihat-lihat buku. Tiap pengunjung memiliki kesukaan yang berbeda-beda. Karena itulah para pengunjung tersebar merata di seluruh sudut ruangan toko buku. Ia akan tertarik untuk membeli buku apabila ia rasa buku itu bagus, sekalipun ia hanya membaca sinopsis ataupun referensi buku tersebut. Bagi pengunjung yang berjiwa pembeli sejati, maka buku tersebut akan ia beli. Tentu saja ia akan memilih buku yang bersampul, Kenapa..? Ya karena masih baru dan terjaga. Pada akhirnya transaksi di kasirpun segera terjadi".

Terus..? kataku yang dibuat penasaran olehnya. "Nah, bagi pengunjung yang tidak berjiwa pembeli sejati, maka buku yang ia rasa menarik, bukannya ia beli, justru ia mencari buku dengan judul sama tapi yang tidak bersampul. Kenapa..? Kerena untuk ia baca saat itu juga. Akibatnya, buku itu ada yang terlipat, kusam, ternoda oleh coretan, sobek, baik sedikit ataupun banyak. Bisa jadi buku yang tidak tersampul itu dibaca tidak oleh seorang saja. Tapi mungkin berkali-kali, dengan pengunjung yang berbeda tetapi berjiwa sama, yaitu bukan pembeli sejati alias pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab. Lama kelamaan, kasianlah buku itu, makin kusam hingga banyak yang enggan untuk membelinya". Ceritanya "Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk menjaga akhlaknya. Lebih-lebih kalau jilbab itu tak hanya untuk tampilannya saja, tapi juga menjilbabkan hati”. Subhanallah..!

Pengunjung yang membeli adalah ibarat suami, laki-laki yang telah Allah siapkan untuk mendampinginya menggenapkan ½ dien-Nya. Dengan gagah berani dan tanggung jawab yang tinggi, ia bersedia membeli buku itu dengan transaksi di kasir yang diibaratkan pernikahan. Bedanya, Pengunjung yang iseng, yang tidak berniat membeli, ibarat laki-laki yang kalau zaman sekarang bisa dikatakan play boy kelas teri. Menguak-nguak kepribadian dan kehidupan sang wanita hingga terkadang membuatnya tersakiti, merintih dengan tangisan, hingga yang paling fatal adalah ternodai dengan free-sex. Wana’udzubillah. Padahal tidak semua toko buku berani menjual buku-bukunya dengan fasilitas buku tersampul. Maka, tentulah toko buku itu adalah toko buku pilihan. Dan toko buku itu ibarat lingkungan, yang jika lingkungan itu baik maka baik pula apa-apa yang ada didalamnya" katanya lagi.

"Wah, kalau begitu jadi wanita harus hati-hati ya..! "Hmmm,.. Persepsiku, apapun di dunia ini bakal dapet yang seimbang ya..? Kayak itu dech, buku yang tersampul dibeli oleh pembeli sejati alias pembeli yang bertanggung jawab. Itukan perumpamaan Wanita yang baik dan terjaga akhlaknya juga dapat laki-laki yang baik, bahkan insyallah mapan, sholih, pokoknya yang baik-baik juga. Gitu ya..?" kataku.

"Benar, Seperti janji Allah swt : "Wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanit yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur : 26)”. Dan, hanya Allah yang tak menyalahi janji, penjelasannya. Menjadi wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang usia ini ada. Pun menjadi wanita baik itu tak mudah. Butuh iman dan ilmu kehidupan yang seiring dengan pengalaman.

Benar. Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tapi Allah Swt yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan wanita, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat Kaum Hawa lahir kedunia, Ia menjadikanku wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah mengamanahkan ini padaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah Saw atau manusia sehina Fir’aun La’natullah.

Kalau banyak orang lain merasa bangga menjadi wanita, karena wanita layak dipuja, karena wanita cantik memesona, karena wanita bisa dibeli dengan harta, karena wanita cukup menggoda, dan lain sebagainya, maka justru sebaliknya, dengan lantang aku berkata : "Aku malu menjadi wanita..!”. Ya, Aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata dari pandangan dan suara wanita yang tak terjaga sanggup memunculkan syahwat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata tindak tanduk wanita sanggup membuahkan angan-angan bagi pria. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita tak sanggup jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya.

Sungguh, aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, Aku malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah Swt harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah ini. Entahlah, sampai saat ini, saat dimana umur masih dikandung badan ini aku sudah menjadi wanita macam apa. Aku malu. Bahkan malu ini berbuah ketakutan, kalau-kalau pada hari akhir nanti tak ada daya bagiku untuk mempertanggungjawabkan ini semua.

Padahal, setahuku dari Bunda Khadijah, Aisyah dan Fatimah, wanita itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya, ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari kesholehan akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada.

Ya Allah, maafkan aku akan kedangkalan ilmuku dan rendahnya tekadku. Aku berlindung pada-Mu dari diriku sendiri. Bantu aku Ya Rabb, untuk tak lagi menghadirkan kelemahan-kelemahan diri saat aku ada di dunia-Mu. Hingga kelak aku akan temui-Mu dalam kebaikan akhlak yang kuusahakan. Ya, wanita sholihah..". Wallahu A’lam,..

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

ﻠيس اﻠفٺــے من يقول کان ابــــے ۞ لکن اﻠفٺــــے من يقول هـا انــــــا

Bukanlah Pribadi Seorang Pemuda Itu Yang Mengatakan : “Kae Hlo Bapakku..!

Tapi, Seorang Pemuda Sejati Itu Yang Berkata : “Iki Hlo Aku..!”

By Myself