قال رســـول الله صلى الله عليـــه وسلـــم

ان اولـــى النـــاس بـــى منزلة يوم القيـــامة اڪثرهم علـــى صلاة

اللهم صل عـلـــے سيـــــدنـا محمـــد وعـلـــے ال سيـــــدنـا محمـــد


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Simbok..! Wahai Jiwa dan Hidupku


Ummi Ya Ruchi Wachyati

Simbok,..
Dirimu adalah pelita cintaku
Yang hadir dalam kehidupan duniaku
Tak henti aku menyebutmu Simbok
Serasa sukmaku dalam dalam surga telapak kakimu
Engkaulah harapanku
Tanpa ridhomu, Semua tak berarti
Tanpa senyummu, Semua terasa sepi
Karena dirimu Simbok

Simbok,..
Namamu seagung kerelaan hati
Secercah kasih sayang yang kau beri
Seiring keikhlasan menghiasi tangan indah lembutmu

Simbok,..
Tiada kasih seperti kasihmu
Kan kujaga kasihmu seharum nafasmu
Jangan sampai tergores luka
Hingga ujung usiaku



Allah Swt Berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)." (QS. Al-Ahqaf  : 1-5). "Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu" (QS. Luqman : 14).

Rasulullah Saw bersabda dari Abu Hurairah r.a katanya : "Seseorang laki-laki bertanya kepada  Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling  berhak dengan kebaktianku yang terindah..?" Jawab beliau : "Ibumu, kemudian  ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat".

Sahabatku tercinta rahimakumullah, bukankah Ibu adalah orang pertama yang  kita kenal ketika hadir di alam ini..? “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu  pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl : 78). Beliau sambut kehadiran kita dengan penuh senyum kebahagiaan. "Alhamdulillah" ucapnya lirih, betapa Allah Maha Kuasa, sungguh peristiwa  melahirkan adalah suatu peristiwa yang teramat sangat luar biasa bagi  seorang wanita. Tak terbayangkan betapa menderita berjuang antara hidup  dan mati. Tiada peduli urat-urat beliau terputus, Masya Allah, betapa  sungguh tak ternyana sakitnya. Tapi beliau ikhlas, "Untuk anakku tercinta akan kukorbankan seluruh jiwa raga". Betapa mulia seorang ibu, beliau sabar memelihara, menjaga, merawat, dan membesarkan kita. Ketika keremangan malam yang dingin ia dapati kita menangis. Beliau terjaga, beranjak bergegas menghampiri, memberikan apa yang kita pinta.

Masya Allah. Beliau sangat sayang dan begitu pengasih, ketika kita sudah bisa bermain, berlari terkadang ibu memarahi kita, "Jangan main di sini anakku, nanti kotor, jangan begini begitu karena tidak baik". Semua itu dilakukannya karena tidak ingin kita celaka. Ketika kita beranjak dewasa, perlu makan beliau rela tak makan demi kita, kasih sayangnya begitu tulus tanpa pamrih tak mengharapkan apa-apa kecuali  kita sehat dan selamat.

Hari berganti hari detik, menit, waktu akhirnya  kita sadari hakikat keberadaan diri ini.  Jadi. terbuktilah bagaimana Allah Swt itu Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Dengan Cinta-Nya Ia memperkenalkan diri-Nya melalui perantara seorang Ibu. Kalau ibu saja begitu, apalagi Allah yang menciptakan kita..? “Subhanallahi Walhamdulillahi Walaa ilaa ha ilallahu Wallaahu Akbar”. Karena pengorbanan Ibu yang tak terhingga itulah, Allah mewajibkan (memerintahkan) kita supaya berbakti (berbuat baik) kepada beliau. "Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". (QS. Al-Isra’ : 23).

Firman Allah Swt : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau Ridhai: berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaf  : 15). "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra' : 24).

Dari Abu Hurairah r.a, katanya : "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, 'Ya Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah..?' Jawab beliau : "Ibumu. Kemudian Ibumu, Kemudian Ibumu, Kemudian Bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat".
Perbandingan cinta menurut Rasulullah Saw kepada Ibu dibanding Bapak adalah 3 : 1. Berbakti sebaik-baiknya pada orangtua juga merupakan jihad yang Allah janjikan sangat besar pahalanya. Sebagaimana sabda Beliau Saw : Dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a. katanya : Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw. Lalu dia berkata : "Aku bai’at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku mengingini pahala dari Allah Swt. Tanya Nabi Saw : "Apakah orangtuamu masih hidup..? Jawab orang itu : "Bahkan keduanya masih hidup". Tanya Nabi Saw : "Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah Swt..?" Jawabnya : " Ya" Sabda Nabi Saw : "Pulanglah kamu kepada kedua orangtuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya". Besar pahalanya juga seimbang dengan besar dosanya jika tidak berbakti padanya.

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw sabdanya : "Dia celaka..! Dia celaka..! Dia celaka..!" Lalu beliau ditanya orang : "Siapakah yang celaka, Ya Rasulullah..?" Jawab Nabi Saw : "Siapa yang mendapati kedua orang tuanya  (dalam usia lanjut), atau salah satu keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya)". Bukti kecintaan Rasulullah kepada Ibu, dapat dilihat dibawah ini, Dari Fadhal r.a katanya : Seorang perempuan dari Khats'am bertanya kepada Rasulullah Saw, katanya: "Ya, Rasulullah. Bapakku sudah tua renta, kepadanya terpikul kewajiban menunaikan ibadah haji, sedangkan dia sudah tak sanggup duduk di punggung untanya, bagaimana itu..? Jawab Rasulullah Saw : "Hajikanlah dia olehmu" Dari Aisyah r.a., katanya : Seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah Saw : "Ya Rasulullah. Ibuku meninggal dengan tiba-tiba dan beliau tidak sempat berwasiat. Menurut dugaanku, seandainya dia sempat berbicara, mungkin dia akan bersedekah. Dapatkah beliau akan pahalanya jika aku bersedekah atas nama beliau..?" Jawab Rasulullah Saw : " Ya, dapat".

Dari Ibnu Abbas r.a katanya : "Sa'ad bin Ubadah pernah minta fatwa kepada Rasulullah Saw. Tentang nazar ibunya yang telah meninggal, tetapi belum sempat ditunaikannya. Maka bersabda Rasulullah Saw : "Bayarlah olehmu atas namanya". "Bagaimana jika Orangtua kita menyuruh untuk mepersekutukan Allah..?. "Allah Swt Berfirman : "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman : 15).

Dari Asma’ binti Abu Bakar r.a., katanya: "Ketika terjadi gencatan senjata dengan kaum Quraisy, ibuku yang ketika itu masih musyrik mendatangiku. Lalu aku minta izin kepada Rasulullah Saw Seraya berkata : "Ya Rasulullah.  Ibuku mendatangiku, karena beliau rindu kepadaku. Bolehkah aku menemuinya..?". Jawab rasulullah Saw : " Ya, boleh. Temuilah ibumu" Begitu besar perhatian Allah dan kekasih-Nya pada orangtua kita. Walaupun Beliau  (orangtua) menyuruh kita mepersekutukan Allah, Allah Swt dan Rasul tetap mengharuskan kita untuk berbuat baik kepada orangtua kita.

Karena itulah sahabatku, Janganlah cinta kita pada seseorang melebihi cinta kita pada ibu. Bukankah peran seorang ibu sangat besar dalam kehidupan ini..?. Kita terkadang tidak menyadari setelah kita dewasa, tidakkah kita terpikir mampukah kita membalas kasih sayang orang tua kita..?. Warzuqnä bil birrihimä wal ichsäni ilaihimä. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku pada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)" (QS. Ibrahim : 41). Amin,..


Dimensi Sosial Ibadah Qurban

Idul Adha yang biasa disebut Hari Raya Qurban yang dilaksanakan oleh segenap kaum muslimin di seluruh dunia setiap tanggal 10 Dzulhijjah merupakan suatu hari raya yang penuh dengan simbol dan makna pengorbanan manusia yang tidak akan pernah padam dan musnah selama manusia masih mempunyai cita-cita hidup yang luhur di sisi Khaliqnya. Pada hari raya tersebut bagi yang mampu biasanya melaksanakan ibadah qurban yaitu salah satu ibadah yang telah ditentukan kaifiyahnya dalam agama yang bertujuan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Qurban termasuk ibadah tertua dalam sejarah kehidupan manusia, sejak generasi peretama yaitu berasal dari dua putera Nabi Adan as, Habil dan Qabil yang mempersembahkan qurban mereka kepada Allah Swt. Hanya saja ibadah qurban yang diperintahkan waktu itu diseduaikan dengan situasi zamannya. Qabil sebagai petani diperintahkan untuk berqurban dengan dengan hasil pertaniannya sedangkan Habil sebagai peternak diperintahkan melaksanakan qurban dengan ternak yang dipeliharanya. Qurban Habil diterima Allah Swt karena didasari dengan ketulusan hati yang ikhlas semata-mata mengharapkan ridho Allah Swt, sedangkan qurban Qabil ditolak karena didasari perasaan iri dan dengki kepada saudaranya (Habil) yang pada akhirnya Qabil membunuh Habil. Peristiwa ini diabadikan Allah Swt dalam Surat Al-Maidah : 27-31.

Dalam perjalanan sejarah, ibadah qurban mengalami penyimpangan-penyimpangan tidak lagi dimaksudkan sebagai sarana pengabdian kepada Allah Swt akan tetapi dijadikan “Upeti” untuk “Membujuk Tuhan Tuhan Penguasa alam” tidak murka kepada manusia. Ibadah qurban dislelewengkan sebagai alat untuk menolak malapetaka, yang diqurbankan pun manusia makhluk paling mulia dari sekalian ciptaan-Nya. Salah satu contoh sejarah mencatat, di Mesir Kuno yang dianggap sebagai daerah awal peradaban manusia , mempersembahkan gadis tercantik untuk oiris (Dewi Sungai Nil). Di Kan’an Babilonia Kuno (Sekarang Irak) manusia mengorbankan bayi-bayi yang tidak berdosa untuk Dewa Baal. Di Meksiko, merupakan kebiasaan Suku Aztec menyerahkan jantung dan darah manusia untuk Dewa Matahari, Di eropa Utara, orang-orang Viking yang bertempat tinggal di Skandinavia mengorbankan pemuka agama mereka untuk Dewa Perang Odini.

Sekitar abad ke 18 SM, Nabi Ibrahim As hidup dan diutus Allah Swt untuk mengembalikan hakikat qurban kepada asalnya yang universal. Lewat sebuah mimpi, Nabi Ibrahim As diperintah Allah Swt untuk menyembelih Putera satu-satunya Nabi Ismail As. Ketika Nabi Ismail As sudah diap untuk disembelih, Allah Swt dengan kekuasaanya segera menggantinya dengan seekor domba. Manusia terlalu mulia untuk dikorbankan kepadanya. Lewat Nabi Ibrahim As Allah Swt mengajarkan hal ini dan diabadikan di Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat ayat 102-107 ysng merupakan ajaran sangat revolusioner pada waktu itu. Nabi Ibrahim As mengembalikan hakikat dan esensi qurban kepada bentuk aslinya.

Penyembelihan binatang ternak ini pun bukanlah semata-semata rirual membagi daging kepada fakir miskin saja melainkan ada nilai universal yang terkandung dibalik penyembelihan itu. Dalam Surat Al-hajj ayat 37, Allah Swt telah menegaskan bahwa daging dan darah binatang ternak yang diqurkankan sekali-kali tidak sampai kepada Allah, akan tetapi rasa ketaqwaan manusialah yang dapat menvapainya. Dalam rangka upaya mendekatkan diri kepada Allah, kita juga harus mendekatkan hati kepada manusia dan berbagi kebahagiaan kepada sesama saudara kita yang kurang beruntung. Itulah sebabnya Nabi melarang seseorang yang mampu nerkurban tapi enggan melakukan sholat Id bersama-sama umat Islam lainnya karena orang tersebut tidak memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, sebagaimana disebutkan dalam sabdanya yang diberitakan Ahmad dari Ibnu Majah dari Abu Hurairah Ra : ”Barangsiapa memiliki keluasan mampu berqurban, tetapi tidak mau berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat kami shalat”.

Melalui ibadah qurban khususnya dan ibadah-ibadah lain, Allah Swt mengingatkan kita untuk kembali merenungkan kedudukan kita sebagai hamba Allah Swt yang tergantung kepada-Nya sehingga tidak ada kemutlakan pada diri manusia. Berdasarkan hal demikian manusia dapat menangkap pesan moral bahwa manusia diciptakan allah Swt sebagi makhluk yang secara alami memiliki kesadaran kamanusiaan dan berwatak sosial.

Allah Swt mengingatkan bahwa kita adalah makhluk yang harus mempunyai tanggung jawab sosial, dan nikmat-nikmat yang telah Allah Swt berikan kepada kita juga berdimensi dan berfungsi sosial. Kualitas keimanan kita tidak cukup hanya dengan optimalnya kemampuan kita mewmenuhi kebutuhan diri sendiri terlepas dari perhatian terhadap keadaan orang-orang sekitar kita. Kualitas keimanan kita justru dapat dilihat dari kadar kepedulian kita terhadap nasib masyarakat yang ada disekitar kita. Rosulullah saw menyatakan dalam sabdanya : “Tidaklah benar-benar beriman siapapun diantara kalian sehinnga mencintai saudaranya sebagimana ia mencintai dirinya sendiri”.

Kepedulian kita terhadap nasib masyarakat di sekitar kita dan kesediaan kita menyisihkan sebagian nikmat yang diberikan Allah Swt kepada kita untuk kepentingan peningkatan kualitas hidup mereka, sesungguhnya adalah bagian dari ibadah kita untuk mendapat ridho Allah Swt. Menyisihkan sebagiabn dari nikmat Allah yang kita miliki tidak selalu mudah. Allah Swt mengingatkan bahwa syaitan senantiasa membisikkan kedalam hati perasaan takut miskin sekaligus mendorong untuk pelit dan rakus mengumpulkan harta walaupun harus melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap ketentuan moral dan peraturan-peraturan. Dalam Al-Qur’an Allah Swt telah mengingatkan dsalam Surat Al Baqoroh ayat 268 : “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) sedangkan Allah menjanjiukan untukmmu ampunan dari pada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Melalui ibadah qurban dan ibadah lainnya yang kita laksanakan setiap tahun, Allah Swt secara simbolis mengingatkan kita untuk memiliki kesadaran kemanusiaan dan kepedulian sosial. Kesadaran kemanusiaan serta kepedulian sosial itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan iman kita.

Melalui ketulusan hati dan keluhuran budi yang diberikan Allah Swt pada kita, dapat tumbuh di dalam diri kita masing-masing. Dengan semakin dekat dengan Allah kita akan semakin memiliki rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial. Pengorbanan yang dicontohkan Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As menggambarkan ketaatan dan pengabdian yang luar biasa keduanya kepada Allah Swt dan sekaligus perlawanan atas ketertindasan manusia oleh keangkuhan dan keangkaramurkaan dirinya. Pengorbanan dengan sombolisme binatang juga bermakna menumbuhkan nilai-nilai kepada manusiaan pada diri individu, pembebasan manusia dari sifat-sifat kebinatangan, suatu sifat yang telah menyebabkan manusia terpenjara dalam kemanusiaanya sendiri, enggan berbagi dan toleran terhadap eksistensi dan hak manusia lain. Wallahu A’lam,..

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

ﻠيس اﻠفٺــے من يقول کان ابــــے ۞ لکن اﻠفٺــــے من يقول هـا انــــــا

Bukanlah Pribadi Seorang Pemuda Itu Yang Mengatakan : “Kae Hlo Bapakku..!

Tapi, Seorang Pemuda Sejati Itu Yang Berkata : “Iki Hlo Aku..!”

By Myself