Banyak dari Teman-teman yang
menanyakan : Bagaimana hukumnya belajar Agama tanpa bermursyid (Guru) atau belajar
hanya melalui benda-benda mati seperti buku, buletin, artikel dan sebagainya..?
sedangkan firman Allah swt : ”Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu
tidak mengetahui pengetahuan tentangnya” (Qs. Al-Isra’ : 36), dan dalam Ihya’
Ulumuddin dijelaskan : ”Barang siapa tiada bermursyid (guru pembimbing) maka
mursyid (guru) nya adalah syetan”.
Jawab : boleh belajar dari buku,
buletin, artikel atau yang lainnya tapi hanya sebagai referensi dan sepintas
membacanya saja tanpa diamalkan terlebih dahulu, finalnya nanti apabila sudah
kita hadapkan dengan Ulama Ahlul Ilmi (Ulama Nafi’) yang sanad keilmuannya
sampai pada Rosulullah saw barulah kita boleh mengamalkannya, karena Beliaulah
yang nantinya akan meluruskan manakala terdapat kekeliruan, dan yang akan
menjelaskan lebih detail lagi.
Manfaat
Berguru
Salah satu dari manfaat berguru
adalah agar terhindar dari perkara-perkara yang sesat dan untuk menghindari
fitnah, dengan sanad (mata rantai keilmuan) maka akan mencegah manusia untuk
berbicara semaunya/seenak gue, atau berbicara hanya berdasarkan dari kerangka
otaknya saja, dengan sanad, maka hal-hal yang disampaikan Rosulullah saw
terjaga keaslian isi ilmunya, tanpa ada yang dikurangi atau ditambah-tambah
(dimodifikasi manusia), karena ”jika tanpa sanad, orang bisa berkata apa saja
yang dikehendakinya”, tidak ada dalam sejarah seorang Ulama Besar lahir dari
belajar kepada buku saja, karena ilmu adalah keahlian dan setiap keahlian
membutuhkan ahlinya, maka untuk mempelajari suatu ilmu membutuhkan muallimnya
yang ahli.
Seorang Ulama mengatakan, ”Barang
siapa masuk (belajar) kedalam ilmu sendirian, maka diapun keluar sendirian”,
maksudnya adalah orang yang belajar ilmu tanpa ada seorang Guru yang
membimbingnya, maka dia keluar darinya tanpa ilmu, ada sebagian orang yang
beranggapan bahwa belajar hanya dengan buku, artikel atau yang lainnya mampu
membimbing orang yang memahaminya untuk mendapatkan ilmu, memang benar demikian
kalau kita terapkan pada ilmu umum, tetapi tidak dalam ilmu agama, Belajar agama
haruslah dengan Guru, seandainya kita menginginkan ilmu agama tanpa guru,
niscaya kita akan tersesat dari jalan yang benar, kalau hanya belajar dari
buku, artikel, buletin atau yang lainnya maka ketahuilah bahwa didalamnya
(buku) terdapat kesulitan-kesulitan yang membingungkan akal, contoh sederhana,
kita belajar sholat hanya membaca buku panduan sholat yang bisa kita jumpai di
toko buku, mungkin bacaan-bacaanya, kaifiyahnya kita sudah tahu dan bisa
mempraktekannya, akan tetapi pemahaman kita tentang sholat tersebut belumlah
benar, ada hal lain yang tidak kita dapatkan dari buku, padahal merupakan hal
yang penting dalam sholat, misalnya tingkatan niat, syarat takbirotul ihram,
thuma’ninah, rukun qouli, fi’li qolbi, sunat haiat, sunat ab’ad dan sebagainya,
maka dari itu : ”Barang siapa yang tidak mengambil dasar ilmu dari Ulama, maka
keyakinannya dalam perkara sulit adalah dugaan”. dan dalam Qoulul Ulama’
dijelaskan : ”Dan setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amal-amalnya
tertolak dan tidak diterima”.
Ilmu Dan
Cara Mendapatkannya
Ilmu adalah pemberian Allah swt
kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, usaha manusia untuk mendapatkan ilmu
diwajibkan oleh Allah swt dalam beberapa hadits Rasulullah saw Artinya :
“Manusia berdosa jika meninggalkan usaha dalam mendapatkan ilmu, sebaliknya
jika usaha sudah dilakukan, sementara ilmu itu tidak juga dapat dikuasai, maka
orang tersebut sudah terhindar dari kesalahan, sebab yang wajib adalah menuntut
ilmu, bukan mendapatkannya (‘Alim), adapun mendapatkan ilmu (‘Alim),
semata-mata hanyalah karunia Allah saja”.
Dengan demikian Teman-teman
janganlah merasa kecewa dan putus asa jika sudah belajar ilmu, tapi ternyata
Teman-teman gagal menguasai ilmu tersebut, ini bukan salahnya Teman-teman, akan
tetapi memang Allah swt tidak atau belum berkenan memberikan ilmu itu, yang
wajib adalah menuntut ilmu bukan pintar (’Alim) nya, dalam kenyataan hidup ini
banyak kita jumpai orang yang belajar membaca Al-Qur’an, misalnya sudah
bertahun-tahun melakukannya dengan sungguh-sungguh, namun ternyata hasil yang
dia peroleh tidak sesuai yang diharapan, dia tetap saja tidak dapat mengucapkan
huruf-hurufnya dengan fashih, dan banyak melakukan kesalahan dalam tajwid dan
waqaf-washolnya, kenapa bisa terjadi..? tidak lain karena tidak diberikan oleh
Allah swt, pintar (’alim) adalah Fadhlun Minallah dan diberikan kepada hamba
yang dikehendaki-Nya, hal ini sudah Allah swt jelaskan dalam Al-Qur’an yang
artinya : “Dan tidaklah kamu diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja”(QS.
Bani Israil : 85).
Bagaimanakah
Cara Mendapatkan Ilmu..?
Ilmu itu dapat diperoleh oleh
seseorang dengan melalui beberapa jalan, tidak seperti yang sering dianggap
oleh kebanyakan orang bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah
dengan belajar dan menuntutnya, diantara cara mendapatkan ilmu itu antara lain
:
1. Belajar, dan menuntut ilmu
tersebut dari orang lain.
Hadits Nabi saw yang artinya :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”, dalam
hadits lain yang artinya : “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah swt membuatnya berjalan di salah satu jalan menuju surga”, Sesungguhnya
para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada pencari ilmu,
Sesungguhnya orang berilmu dimintakan ampunan oleh makhluk yang berada dia
langit dan bumi, serta ikan di tengah hari. Sesungguhnya keutamaan orang
berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada saat purnama atas
seluruh bintang”, Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,
namun mewariskan ilmu. Barangsiapa mendapatkannya, ia mendapatkan keuntungan
yang besar.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad Darimi)
2. Diajarkan langsung oleh Allah swt
tanpa diajarkan oleh orang lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
dalam Surat Al Baqarah ayat 31 : “Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman : Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar”.
3. Ilmu didapat dengan beramal.
Rasulullah Saw bersabda yang
artinya: “Barangsiapa mengamalkan satu ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah
mewariskan kepadanya ilmu-ilmu lain yang sebelumnya dia tidak tahu.” (HR. Abu
Nu’aim), tidak heran jika banyak orang-orang sholih yang rajin beramal
dianugerahi Allah swt banyak ilmu sebagai buah amal yang rajin dilakukannya
bertahun-tahun, ilmu yang tidak diperoleh oleh orang-orang yang banyak bicara
dan berdebat dengan orang lain.
4. Ilmu didapat dengan bertaqwa.
Firman Allah swt dalam Surat Al
Baqarah ayat 282 yang artinya: “Dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan
mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
5. Ilmu dapat diperoleh dengan
diajarkan oleh makhluk lain
Di zaman dahulu ketika manusia baru
pada generasi pertama, telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil,
salah satu putera Nabi Adam as, terhadap saudara kandungnya yang sholih Khabil,
Setelah Qabil membunuh saudaranya itu, dia ketakutan dan kebingungan karena
tidak tahu bagaimana caranya mengamankan tubuh saudaranya yang sudah menjadi
mayat itu. Tiba-tiba dengan perintah Allah turunlah sepasang burung gagak yang
saling tempur di depannya, kemudian salah seekor dari gagak itu mati. Kemudian
gagak yang menang menggali lubang serta menguburkan gagak yang mati. Maka,
terkesimalah Qabil dan dia pun mendapatkan ilmu dari burung itu. Kisah ini ada
dalam Al-Qur’an surat al Maidah ayat 30-31, beberapa jurus-jurus bela diri
terkenal dari mancanegara banyak yang dipelajari dari cara binatang berkelahi,
seperti jurus kucing, jurus harimau, jurus bangau, jurus ular dan lain-lain
sebagainya.
Dalam hadits Nabi Saw ada dikisahkan
beberapa orang teman-teman nabi, justru mendapatkan ilmu sebab diajari oleh
syaitan, kisah tersebut antara lain : dari Abu Hurairah ra berkata : ”Aku
ditugaskan Rasulullah Saw untuk menjaga hasil zakat pada bulan Ramadhan,
tiba-tiba datanglah seseorang kepadaku, dan mengambil sedikit dari zakat itu,
maka aku menangkapnya seraya berkata : kamu akan kuadukan kepada Rasulullah Saw,
orang itu berkata : biarkan aku, sesungguhnya aku orang miskin, punya banyak
anak, dan sangat membutuhkan, maka aku pun melepaskannya, pada keesokan
harinya, Rasulullah Saw bertanya kepadaku: Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan
oleh tawananmu kemarin..? aku menjawab : Ya Rasulullah, dia mengadukan
kemiskinannya dan kelurganya yang banyak, maka aku kasihan dan aku
membebaskannya, Nabi bersabda : Sesungguhnya orang itu berdusta kepadamu, dan
dia akan kembali, saya sadar bahwa orang itu akan kembali karena Rasulullah Saw
mengatakannya, maka aku pun mengintipnya, ternyata ia datang untuk mengambil
makanan, maka aku menangkapnya lagi seraya berkata : sungguh aku akan
mengadukanmu kepada Rasulullah Saw, dia berkata : lepaskan aku, sesungguhnya
aku sangat membutuhkan dan punya keluarga yang banyak, saya tidak akan kembali,
maka aku pun mengasihaninya dan membebaskannya lagi, keesokan harinya,
Rasulullah Saw bertanya kepadaku : Hai Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan
tawananmu kemarin..? saya menjawab : Wahai Rasulullah, dia mengadukan
kemiskinan dan jumlah kelurganya yang banyak, maka aku pun kasihan dan
membebaskannya lagi, Nabi saw bersabda : sesungguhnya dia berdusta kepada mu
dan dia akan kembali, maka pada yang ketiga kalinya aku mengintipnya kembali, dia
datang mengambil makanan, segera aku menangkapnya seraya aku berkata : sungguh
aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah saw, ini adalah yang ketiga kalinya
kamu mengatakan bahwa kamu tidak akan kembali, namun nyatanya engkau kembali
lagi, dia berkata : biarkan aku mengajari mu beberapa kalimat yang dengannya
kamu akan beroleh manfaat dari Allah swt, saya bertanya : Kalimat apakah itu..?
dia berkata, : apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi, “Allah, Tiada
Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal dan terus menerus mengurus makhluknya….”
dia membaca hingga akhir ayat, maka Allah swt akan senantiasa menurunkan
pelindung bagimu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi, maka aku pun
membebaskannya, keesokan hari Rasulullah Saw bertanya kepadaku : apa yang telah
dilakukan oleh tawanan mu kemarin..? saya menjawab, : Wahai Rasulullah Saw, dia
telah mengajariku beberapa kalimat yang dengannya Allah akan memberiku manfaat,
maka aku pun melepaskannya, Beliau bertanya : Kalimat apakah itu..? dia berkata
kepadaku : apabila kamu akan tidur, maka bacalah Ayat kursi dari awal hingga
dia menyelesaikan ayat “Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi
terus menerus mengurus makhluknya…“ dia berkata kepadaku : Allah swt akan
senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan syaitan tidak akan mendekatimu
hingga pagi”, para teman-teman sangat menyukai kebaikan, maka Nabi Saw bersabda
: Dia telah berkata benar kepadamu, dan sebenarnya dia adalah pendusta, Hai Abu
Hurairah, tahukah dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu..? Saya
menjawab : tidak, maka Nabi bersabda : dia adalah Syaitan.” (HR. Bukhari),
hadits ini menunjukkan bahwa apabila Allah berkehendak, maka Dia mampu untuk
memerintahkan siapa saja, bahkan termasuk syaitan sekalipun untuk memberikan
ilmu dan pelajaran kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Kisah yang senada dengan kisah di
atas pernah dialami oleh beberapa shahabat Nabi yang berbeda. Silakan ruju’
pada kitab Tafsir Ibnu Katsir keterangan pada ayat kursi, surat Al-Baqarah ayat
255. Wallahu A’lamu Bishshowab,..